Pasang IKLAN BARIS GRATIS! DAFTAR | LOGIN


Kearifan Budaya Lokal Ndalem Joglo Soegaib

    Ndalem Joglo Soegaib
    Ndalem Joglo Soegaib
    Ndalem Joglo Soegaib
    Ndalem Joglo Soegaib

    Suasana pedesaan yang nyaman, damai, serta jauh dari hiruk pikuk keramaian kota begitu terasa ketika berada di pekarangan rumah yang berlokasi di Bantul Timur, Trirenggo, Bantul. Ndalem Joglo, begitulah sebutan untuk rumah ini. Penamaan rumah ini berdasar pada bangunan Joglo yang dibangun persis di depan rumah huni tersebut. Melihat sekeliling rumah, pohon buah-buahan seperti mangga, jeruk, sawo, dan tumbuhan lainnya hadir sebagai perindang. Pepohonan ini mempunyai peran sebagai paru-paru alami dan menyaring polusi udara. Di sini Kita bisa menghirup udara segar dan bersih jauh dari polusi udara. Semilir angin bertiup diantara dedaunan menambah kesan damainya pedesaan. Terasa begitu adem ketika menapakan kaki masuk ke dalam pekarangan dan taman.

    Nuansa pedesaan sangat kental hadir pada hunian milik keluarga besar Soegaib ini. Bangunan Joglo sebagai identitas bangunan pedesaan jaman dahulu dihadirkan dalam hunian tersebut. “Sebagai orang desa, saya ingin melestarikan budaya pedesaan, yang sebagian besar rumah ada Joglonya sebagai tempat untuk berkumpul dengan keluarga dan kegiatan warga kampung” tutur Eny anak kelima dari 8 bersaudara.

    Rumah keluarga besar Soegaib ini sangat mempertahankan warisan budaya serta kearifan lokal dari pedesaan. Rumah yang saat ini ditempati oleh seorang guru yang aktif mengajar di SMA Negeri 1 Sanden Bantul ini, sudah mengalami renovasi. Saat gempa bumi Bantul 2006 silam, rumah ini mengalami kerusakan yang cukup parah. Keluarga besar sepakat untuk merenovasi kembali rumah warisan keluarga dan akhirnya berdirilah hunian Ndalem Joglo yang dijadikan sebagai tempat berkumpul keluarga besar pada setiap hari raya. Pembangunan rumah secara keseluruhan memakan waktu hingga setahun. Joglo atau Pendopo ini menjadi pusat perhatian dalam pembangunan, harus benar-benar dibangun dengan hati-hati. Sebab bangunan Joglo memang harus dikerjakan oleh seniman dan arsitek langsung dari Jepara, begitu pula dengan Gasebo yang minimalis namun mewah dengan ukiran. Seperti itulah sejarah singkat dari awal berdirinya Ndalem Joglo. Masih banyak cerita yang dapat digali ketika menyusuri rumah ini, mulai dari bangunannya, ukiran Jepara yang menghiasi Joglo, serta furnitur Jawa Klasik.

    “Dari desain arsitekturnya sebagian besar rumah memang sudah dirombak, hanya beberapa sudut saja yang masih asli,” ungkapnya. Penambahan Joglo pada bagian depan menjadi daya tarik hunian ini. Bangunan Joglo cantik nan indah menjadi ciri khas kearifan budaya Jawa. Hal ini dilukiskan saat menengok ukiran Jepara yang ada pada Joglo. Joglo ini bisa dikatakan sebagai jantung dan roh bagi Ndalem Joglo, hal ini dikarenakan sebagian besar kegiatan keluarga, kerohanian serta kegiatan-kegiatan lingkungan setempat, berpusat di tempat ini. “Selain dijadikan sebagai tempat untuk berkumpul keluarga besar, Joglo sering digunakan juga untuk berbagai kegiatan sosial dan aktivitas kerohanian,” tutur Eny menambahkan.

    Hiasan lampu Robyong pada Joglo menjadi saksi sejarah peninggalan ornamen Jawa Klasik yang menambah suasana hangat dengan sinarnya yang redup disore hari kala sedang bersenda gurau dengan keluarga sambil menyeduh teh hangat. “Rumah adalah tempat mengenang masa kecil, ketika ayah dan ibu serta saudara-saudari yang lain menghabiskan waktu bersama selepas aktivitas sehari, sekarang ini saya dan saudara-saudari yang lain hanya tidak ingin menghilangkan kesan itu dan meneruskannya pada anak cucu kami,” ujar Guru Bimbingan Konseling dan Agama Kristen ini. Filosofi sebuah rumah dari orang tua itulah, yang menginspirasi kedelapan bersaudara ini untuk melestarikan warisan rumah orang-tua.

    Furnitur meja dan kursi klasik yang ada di Joglo depan adalah koleksi keluarga besar. Bentuk dan keaslian dari budaya Jawa klasik kental terasa dengan sentuhan kursi jadul berbahan Jati di sudut Joglo. Nuansa nyaman sangat terasa, begitulah kelebihan interior bergaya jadul. Estetika furnitur klasik dapat dinikmati pada setiap lekuk dan moleknya bentuk meja kursi, serta beberapa almari Jawa klasik. Keindahan Joglo juga dipertegas dengan hadirnya Gasebo di sudut pekarangan. Gasebo ini hanya berukuran sekitar lebar 2 X 2 m². Dengan ukiran Jepara, gasebo tersebut terlihat eksotis. Di bawah Gasebo dihiasi kolam ikan serta taman minimalis sehingga memberi kesan yang begitu hidup dan sangat harmonis dengan nuansa pedesaan.

    Menapakkan kaki masuk ke dalam rumah inti, nuansa Jawa klasik masih kental terasa dengan pintu rumah menggunakan ukiran Jepara dan berbahan Jati. Pintu tersebut memadukan konsep antara bangunan Jawa klasik dan hunian modern yang menjadi benang merah antara Joglo sebagai Gerbang masuk dan rumah hunian. Furnitur Jawa klasik koleksi Ndalem Joglo masih menjadi pemanis interior dalam bangunan bergaya modern ini. “Untuk ruang tamu pada unit rumah huni ini, sengaja dibuat lebar, furnitur masih senada mengikuti konsep Jawanya, supaya lebih harmonis dan nyaman,” ungkap Eny. Lebih lanjut Guru SMA Negeri 1 Sanden Bantul ini menambahkan, furnitur yang ada pada ruang ini sudah bukan seperti bentuk aslinya, sedikit dipoles dan dipugar kembali. Seperti sofa lawas dan kursi santai sudah dipoles supaya lebih nyaman namun dengan gaya klasiknya.

    Lukisan serta ukiran Jepara pada dinding pun diakui Eny didapat dari berbagai tempat di Indonesia. Banyak cerita yang bisa dibagi melalui lukisan dan asesoris khas lokal di Indonesia koleksi Ndalem Joglo. Masing-masing mempunyai nilai seni dan budaya berdasarkan tempat asalnya. Setelah dipahami ternyata hal inilah yang menyambung konsep melestarikan budaya dan kearifan lokal Indonesia. Misalnya seperti ukiran Asmat dan Totem, juga didapatnya ketika plesirl bersama keluarga. “Setiap enam bulan sekali kami sekeluarga memang sudah merencanakan untuk plesirl ke beberapa wilayah di Indonesia, dari Indonesia Timur hingga Indonesia Barat, sebagai kenang-kenangan kami membeli souvenir khas setempat yang akhirnya bisa dipajang di Ndalem Joglo,” tuturnya ramah.

    Hunian dengan luas lahan 670m2 ini terdiri dari Joglo, rumah inti, dan beberapa kamar yang dikonsep semi-home stay. Ndalem joglo menyediakan 4 kamar, dengan fasilitas 1 ruang tamu, dan 2 kamar mandi. Fasilitas ruang tamu pun dilengkapi dengan furnitur Jawa modern, sofa jadul dengan rangka besi dan meja Jati menjadi ciri khasnya . Eny menuturkan “Saat musim liburan, Ndalem Joglo menjadi incaran wisatawan dari wilayah perkotaan seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya. Mungkin mereka ingin melepaskan penatnya situasi perkotaan dan ingin merasakan suasana pedesaan sekitar Bantul ini.” Ukuran ruangannya rata-rata 3x3 meter dengan lukisan Jawa dan Bali sebagai hiasan pada dinding, unsur etnis dan budayanya ditampilkan melalui kesederhanaan tiap kamar. Tapi jika dibandingkan dengan home-stay yang ada di perkotaan tentu menarik pengunjung untuk mendapatkan pengalaman tentram dan ramahnya kehidupan pedesaan di Bantul. Di akhir percakapan Eny menuturkan, rumah adalah tempat yang nyaman bagi siapa saja yang menyinggahinya, entah itu sebagai tamu, atau keluarga. Rio-Red

    PARTNER
    Archira - Architecture & Interior    A + A Studio    Sesami Architects    Laboratorium Lingkungan Kota & Pemukiman Fakultas Arsitektur dan Desain UKDW    Team Arsitektur & Desain UKDW    Puri Desain