Pasang IKLAN BARIS GRATIS! DAFTAR | LOGIN


Kilau Limbah Kaca Estetik Sentuhan Surya Citra Mozaik

    Surya Citra Mozaik
    Ragam Mozaik ready stock, olahan tangan Suyanto
    Mozaik Tissue Box
    Mozaik Tatakan Gelas
    Suyanto, selaku owner Surya Citra Mozaik

    Botol kaca bekas di rumah biasanya dibiarkan berserakan, menumpuk atau berakhir di tong sampah. Di tangan pengrajin kreatif, siapa sangka jika limbah kaca bisa dijadikan produk kerajinan yang unik dan ciamik. Dengan kreativitas yang tak terbatas, limbah kaca tersebut diolah menjadi perabot dan ternyata bisa jadi peluang usaha yang menguntungkan. Salah satu pengrajin yang menyulap limbah kaca menjadi produk kerajinan yang bernilai jual tinggi adalah Suyanto asal Bantul, Yogyakarta. Limbah kaca yang semula hanya jadi barang rongsokan, di tangan pria 54 tahun ini disulap jadi aneka perabotan eksklusif bernilai jual tinggi. Beberapa tetangga yang berprofesi menjadi pengepul barang bekas menginspirasi Suyanto. “Saya lihat limbah kaca sering banyak yang menumpuk dan jarang habis terjual. Beda dengan limbah kertas yang lebih banyak peminatnya," kenangnya.

    Berawal dari ide tersebut, ia bersama sang istri mendirikan Surya Citra Mozaik pada tahun 2010. Penamaan workshop tersebut diambil dari nama kedua anaknya yaitu Surya dan Citra. Aneka jenis dan bentuk potongan kaca mampu diracik Suyanto menjadi beragam produk perabot rumah yang unik dan klasik di workshop yang beralamat di Dusun Semoyan, Singosaren, Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Beragam perabot hasil olahan limbah kaca itu antara lain, kotak tisu, cermin, guci, vas bunga, kap lampu, jam dinding, wadah aroma terapi, kaligrafi, bahkan gapura pernikahan dengan desain yang mengesankan. "Sebelum membuat mozaik seperti ini saya kerja di salah satu perusahaan manufaktur di Jogja selama 17 tahun. Kemudian mulai pertengahan tahun 2010 saya memutuskan untuk resign. Saya otodidak murni dalam membuat berbagai produk mozaik ini. Saya masih ingat, dulu awalnya saya membuat mirror frame persegi dalam bentuk minimalis, kemudian photo frame. Setelah itu berkembang seperti sekarang ini," kata Suyanto. Menurutnya, faktor kenyamanan bekerja dan ingin mandiri dalam berinovasi mendorongnya keluar dari perusahaan.

    "Modalnya cukup keberanian untuk memulai dan kreatifitas untuk menciptakan karya seni. Serpihan kaca limbah berbagai warna ini dapat dikreasikan dan dipadukan dengan berbagai pola tertentu menjadi berbagai karya seni yang indah dan bernilai ekonomi tinggi," tambahnya. Dengan modal sekitar Rp 2 juta, Suyanto memberanikan diri untuk membuat mozaik dari limbah kaca yang tak termanfaatkan. Modal tersebut dia gunakan untuk membeli mesin ampelas. "Sedangkan limbah kaca, saya mendapatkan dari tetangga dan pengepul limbah kaca di sekitar Bantul," kenang Suyanto. Alasannya memilih limbah kaca pun karena limbah kaca ini adalah termasuk bahan anorganik yang dapat membahayakan lingkungan jika tidak dimanfaatkan dengan baik dan benar. Alasan lain adalah karena banyaknya limbah kaca yang akhirnya dibuang sia-sia dan tidak bernilai guna.

    Untuk proses produksi dari kerajinan mozaik kaca ini dimulai dengan menentukan produk yang akan dibuat untuk kemudian dibuat desain mozaik seperti yang diinginkan. Setelah ditentukan desain dari mozaik yang akan diaplikasikan pada produk, kemudian dilakukan pengukuran dan pemotongan kaca-kaca sesuai dengan pola yang dibuat sehingga nantinya akan menghasilkan motif mozaik yang cantik. Langkah selanjutnya yaitu menempelkan potongan-potongan kaca pada produk yang diinginkan sesuai dengan desain awal. Setelah potongan kaca ditempelkan pada media produk yang diinginkan, kemudian proses selanjutnya yaitu mengisi celah-celah diantara potongan kaca dengan menggunakan bahan semen putih yang diberi pewarna sesuai dengan desain yang dikehendaki. Proses selanjutnya yaitu pengeringan dan juga finishing untuk mempercantik tampilan produk kerajinan yang dihasilkan. “Dalam proses produksi kerajinan ini sendiri memang dibutuhkan kesabaran dan ketelitian yang cukup tinggi. Rata-rata untuk menyelesaikan satu buah produk, saya membutuhkan waktu 3 hari. Karena memang dalam memproduksi kerajinan mozaik ini masih saya kerjakan sendiri, kadang juga dibantu oleh istri saya, ya rata-rata dalam satu bulan dapat menyelesaikan 15 hingga 25 karya,” ungkap Yanto.

    Aneka perabot hasil kreasi limbah kaca tersebut ditawarkan dengan harga beragam. Tempat tisu dibanderol antara Rp 175.000 hingga Rp 200.000, untuk kotak tisu ukuran kecil harganya Rp 125.000. Lalu, kotak tisu lipat dihargai Rp 85.000. Pigura potret yang ukuran 4-5 R harganya Rp 150.000. Mirror frame diameter 70 cm dihargai Rp 600.000. Harga tersebut tergantung pada model, ukuran, dan tingkat kesulitannya. Suyanto mengaku, kini bisa mengantongi omzet sampai Rp 15 juta per bulan. Bahkan jika sedang ramai permintaan, omzetnya bisa sampai dengan Rp 20 juta per bulan. Meski produksinya masih tergolong kelas rumahan, namun produk mozaik milik Suyanto telah diminati konsumen mancanegara. Konsumen mancanegara tesebut ditemuinya saat mengikuti berbagai pameran kerajinan. Sebagian besar dari mereka berasal dari Maroko, Afrika Selatan, Jerman, Spanyol, India, Malaysia, China, dan Korea. Suyanto mengatakan ragam produk yang biasa dipesan oleh konsumen mancanegara seperti bingkai foto, vas bunga, kaca, sampai kotak tisu. "Kalau untuk target pasar, walaupun bahannya dari limbah, tapi karena penampilan produk yang berkesan mewah, konsumen banyak yang mengatakan kalau penampakannya ini eksklusif. Jadi sasarannya lebih cenderung menengah ke atas. Dan sebetulnya kerajinan seperti ini di Indonesia masih sangat jarang dan memiliki peluang usaha yang masih sangat luas," pungkasnya.Farhan-red

    SURYA CITRA MOZAIK
    Workshop : Semoyan, Singosaren,
    Banguntapan, Bantul, Yogyakarta
    Telp.: 085868469446 / 081327695295

    PARTNER
    Archira - Architecture & Interior    A + A Studio    Sesami Architects    Laboratorium Lingkungan Kota & Pemukiman Fakultas Arsitektur dan Desain UKDW    Team Arsitektur & Desain UKDW    Puri Desain