Safe House Impian Pasangan Dokter Muda
Nuansa alam menyelimuti suasana di rumah itu, alunan suara berbagai binatang saling bersahutan dari sekeliling rumah yang berada di kaki Gunung Merapi ini. Itulah rumah kediaman sepasang dokter muda Dr. dr. Rizaldy Pinzon, MKes, Sp.S dan dr. Marlyna Afifudin, Sp.M yang beralamat di Tebonan RT 01/ RW 05, Harjobinangun, Pakem, Sleman. Beberapa pohon berukuran cukup besar seperti mahoni dan nangka mengelilingi bangunan yang berada pada posisi hook tersebut. Hamparan sawah menjadi salah satu pemandangan ketika berada di depan rumah yang mulai dihuni pada bulan Mei 2015 tersebut.
Dilihat dari luar, rumah tersebut memiliki penampakan bangunan tembok yang masif dengan aksen jendela berukuran cukup besar, sepintas terkesan kaku, namun ketika mulai memasuki bagian dalam rumah, suasana begitu hangat dan lapang. Suasana tersebut sesuai dengan keinginan pemilik rumah untuk menghadirkan rumah dengan pusat aktifitas di bagian dalam rumah. Penggunaan kaca pada sekeliling rumah bagian dalam dengan view taman menjadikan semua sudut rumah terlihat dari manapun penghuni berada.
Hal tersebut dipilih agar orang tua dapat melakukan pengawasan secara penuh ketika sang putra-putri bermain. Ukuran jendela yang terpasang relatif berukuran besar dengan konsep split sehingga sirkulasi udara dapat berjalan dengan lancar. Kombinasi pintu dan jendela menggunakan material kaca dengan bingkai kayu mendominasi setiap bagian ruangan, selain untuk sirkulasi udara, penggunaan kaca membuat kebutuhan cahaya di dalam rumah terpenuhi secara alami tanpa bantuan lampu. Lokasi rumah yang berada di kawasan lereng, menjadikan suhu udara di daerah pakem cukup dingin, sehingga dapat menghemat penggunaan pendingin udara. Rumah tersebut dapat merepresentasikan rumah dengan konsep ramah lingkungan karena hemat energi.
Menurut dr .Pinzon, pria kelahiran samarinda 40 tahun silam, seluruh perencanaan pembangunan dan pengaturan perabot diserahkan penuh kepada sang istri. Barlatar belakang sebagai dokter spesialis mata tidak menghalangi ibu dari dua anak ini untuk merancang rumah sesuai kebutuhan keluarga. Pembagian ruang dan pemanfaatan perabot telah direncanakan dengan matang sehingga tidak ada kesan dipaksakan.
Bagian-bagian rumah terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang kerja, 5 kamar serta dapur bersih dan dapur kotor. Bagian pertama yang mencuri perhatian adalah Ruang tamu dengan tampilan yang sangat nyaman dengan penataan furnitur yang simpel. Hiasan dinding dengan motif tokoh-tokoh pewayangan menghiasi ruang tamu untuk mempercantik tampilan ruangan tersebut.
Melangkah lebih dalam lagi, terdapat satu ruangan yang luas yang terhubung dengan beberapa ruangan lainnya seperti ruang kerja dan belajar, ruang penyimpanan mainan serta dapur. Ruangan ini dapat disebut sebagai family room karena merupakan pusat kegiatan dari seluruh penghuni rumah. Satu set sofa besar dipilih untuk kegiatan menonton tv bersama keluarga. Berbagai pernak-pernik unik menghiasi berbagai sudut ruangan, mulai dari koleksi mainan, hiasan dinding, lukisan, hingga kata-kata motivasi. Pada bagian tepi ruangan ini terdapat dinning set panjang yang terhubung langsung dengan dapur bersih dengan konsep menyerupai minibar. Sejumlah barstuff berbahan dasar material kayu tersusun rapi berhadapan dengan “minibar” dapur bersih tersebut.
Dari ruang “utama” tersebut kita dapat melihat sekeliling rumah bagian dalam secara penuh. Sejumlah pintu kaca berbingkai kayu dengan ukuran besar menghadap langsung ke taman tengah yang merupakan tempat bermain anak-anak. Sebuah teras atau dapat disebut beranda berukuran cukup besar berada tepat di sebelah family room yang menghadap langsung ke taman. Satu set kursi kayu bersama sebuah ayunan menjadi furnitur yang mengisi beranda ini. Kursi ayunan berbahan rotan tersebut menjadi tempat favorit Rara, panggilan untuk sang putri. Dominasi warna hijau rumput dan tanaman yang tersusun rapi di pinggir taman menambah kesan luas pada taman sehingga anggota keluarga dapat secara leluasa bermain di taman tersebut. Terdapat dua buah jenis ayunan dan beberapa jenis tanaman sebagai pelengkap taman seperti kamboja, durian, mangga, hingga beberapa jenis anggrek yang salah satunya merupakan anggrek hutan yang berasal dari Papua.
Pada salah satu sudut keluarga terdapat ruang kerja yang dapat juga berfungsi sebagai ruang belajar dan ruang bermain. Koleksi berbagai buku yang tersusun rapi membuat ruangan ini dapat juga berfungsi menjadi perpustakaan pribadi keluarga Dr. Pizon. Keunikan dari ruang belajar ini adalah pemilihan meja kerja atau meja belajar yang cukup besar. Tidak seperti kebanyakan ruang kerja pribadi yang menggunakan meja berukuran kecil, keluarga ini memilih menggunakan meja berukuran besar dengan kapasitas 4 orang. Tujuan pemilihan meja berukuran besar tersebut adalah agar semua anggota keluarga dapat melakukan kegiatan belajar ataupun bekerja secara bersama-sama. Ruangan multifungsi ini memiliki jendela dengan ukuran besar dengan material kaca dengan view yang cukup menarik karena menghadap langsung ke persawahan penduduk. Pengunaan split level pada ruang belajar dan penyimpanan mainan bertujuan agar rumah tidak terkesan monoton.
Keunikan lain adalah kamar anggota keluarga yang terkoneksi satu dengan lainnya. Penggunaan pintu geser menjadi pilihan untuk menghubungkan kamar orang tua yang berada di tengah diantara kamar si sulung Nicholas dan kamar si bungsu Rachel. Pertimbangan pembuatan koneksi antara kamar orang tua dengan kamar anak tersebut adalah usia anak-anak yang masih membutuhkan perlindungan dan pengawasan penuh orang tua. Keunikan lainnya adalah tidak adanya buku di masing-masing kamar, karena keinginan orang tua bahwa semua kegiatan belajar dan bekerja dilakukan bersama di ruang belajar dan ruang kerja yang telah dipersiapkan.
Selasar depan kamar terdapat set furnitur yang cukup mencuri perhatian. Kursi baca yang disandingkan dengan rak buku berisi novel-novel favorit pasangan dokter yang keduanya bertugas di RS Bethesda Yogyakarta tersebut. Penataan yang simpel namun elegan menjadikan tempat tersebut menjadi tempat favorit keduanya untuk membaca sembari mengawasi kedua buah hati, Nicholas dan Rachel ketika bermain di taman tengah. Terdapat sebuah lukisan karya si bungsu menambah keindahan spot untuk aktifitas membaca tersebut.
Pemilihan perabotan untuk mengisi rumah juga menjadi perhatian utama sang empunya rumah. Kebiasaan untuk merencanakan segala sesuatunya secara detail diterapkan juga oleh sang istri dalam menentukan perabotan yang akan mengisi rumah mereka. Pemilihan perabotan dilakukan dengan sangat teliti sehingga tidak terkesan berlebihan namun fungsi dan estetikanya dapat terpenuhi. Material kayu solid mendominasi furnitur yang mengisi rumah yang mulai dibangun pada tahun 2014 tersebut. Kayu Jati menjadi pilihan utama material furnitur dan disesuaikan dengan model serta disain yang diinginkan oleh ibu dua anak ini.
Menurut dokter alumni UGM kelahiran Tual tersebut, tidak ada konsep khusus yang digunakan dalam membangun rumah tersebut, namun rumah tersebut merupakan representasi dari keinginannya untuk memiliki rumah yang simple namun tidak terlalu minimalis serta mudah dari segi perawatan. Faktor keamanan untuk anak-anak merupakan pertimbangan utama dalam menentukan disain dan model rumah yang berdiri di lahan seluas kurang lebih 1000 m² ini. Dwi-red